satyaku ku darmakan darmaku ku baktikan.
salam pramuka
Seorang Pramuka Muslim sudah seharusnya mengetahui, memahami dan mengamalkan hal-hal yang paling mendasar dalam Syariat Islam ini, sebelum melangkah lebih jauh. Salah satunya yang harus kita ketahui adalah Makna "Muhammad Rasulullah", sehingga setelah kita memahaminya kita dapat mengamalkan dan tidak melangkah ke arah yang tidak benar dan samar.
"Muhammad Rasulullah" bermakna beriman bahwasanya Muhammad Shallallahu'alaihi wasallam sebagai utusan Allah, adalah membenarkan apa yang dikabarkannya, menta'ati apa yang diperintahkannya, dan meninggalkan apa yang dilarang dan diperingat-kan darinya, serta kita menyembah Allah dengan apa yang disyari'atkannya.
Syaikh Abul Hasan An-Nadwy herkata dalam buku "An-Nubuwwah" sebagai berikut, "Para nabi, dakwah pertama dan tujuan terbesar mereka di setiap masa adalah meluruskan aqidah (keyakinan) terhadap Alloh Subhanahu wa Ta'ala. Meluruskan hubungan antara hamba dengan Tuhannya. Mengajak memurnikan agama ini untuk Alloh dan hanya beribadah kepada Alloh semata. Sesungguhnya Dia (Allah) Dzat yang memberikan manfa'at. Yang mendatangkan mudharat. Yang berhak menerima ibadah, do'a, penyandaran diri (iltija') dan sembelihan. Dahulu, dakwah para nabi diarahkan kepada orang-orang yang menyembah berhala, yang secara terang-terangan menyembah berhala-berhala, patung-patung dan orang-orang shalih yang dikultuskan, baik yang masih hidup maupun yang sudah mati.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman kepada Rasululloh Shallallahu'alaihi wasallam, yang artinya: "Katakanlah, 'Aku tidak berkuasa menarik kemanfa'atan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya, dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan membawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman'." (QS: Al-A'raaf: 188)
Dan Nabi Shallallahu'alaihi wa Sallam bersabda, yang artinya: "Janganlah kalian berlebih-lebihan memuji (menyanjung) diriku, sebagaimana orang-orang Nasrani berlebih-lebihan memuji Ibnu Maryam (Isa). Sesungguhnya aku adalah hamba Allah maka Katakanlah: 'Hamba Allah dan RasulNya'." (HR: Al-Bukhari)
Makna "Al-Itharuuan" ialah berlebih-lebihan dalam memuji (menyanjung). Kita tidak menyembah kepada Muhammad, sebagaimana orang-orang Nasrani menyembah Isa Ibnu Maryam, sehingga mereka terjerumus dalam kesyirikan. Dan Rasululloh Shallallahu'alaihi wa Sallam mengajarkan kepada kita untuk mengatakan: "Muhammad hamba Alloh dan RasulNya."
Sesungguhnya kecintaan kepada Rasul Shallallahu'alaihi wa Sallam adalah berupa keta'atan kepadaNya, yang diekspresikan dalam bentuk berdo'a (memohon) kepada Alloh semata dan tidak berdo'a kepada selainNya, meskipun ia seorang rasul atau wali yang dekat (di sisi Allah).
Rasululloh Shallallahu'alaihi wa Sallam bersabda, yang artinya: "Apabila engkau meminta, maka mintalah kepada Allah dan apabila engkau memohon pertolongan, maka mohonlah pertoongan dari Allah." (HR: At-Tirmidzi, ia berkata hadits hasan shahih)
Dan apabila Rasululloh Shallallahu'alaihi wa Sallam dirundung duka cita, maka beliau membaca: "Wahai Dzat yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhlukNya, dengan rahmatMu aku memohon pertolongan." (HR: At-Tirmidzi, hadits hasan)
Semoga Allah merahmati penyair yang berkata, "Ya Allah, aku memintaMu untuk menghilangkan kesusahan kami. Dan kesusahan ini, tiada yang bisa menghapusnya kecuali Engkau, ya Allah."
(Sumber Rujukan: Al Firqotun Naajiyah, Asy-Syaikh Muhammad Jamil Zainu)
Syaikh Abul Hasan An-Nadwy herkata dalam buku "An-Nubuwwah" sebagai berikut, "Para nabi, dakwah pertama dan tujuan terbesar mereka di setiap masa adalah meluruskan aqidah (keyakinan) terhadap Alloh Subhanahu wa Ta'ala. Meluruskan hubungan antara hamba dengan Tuhannya. Mengajak memurnikan agama ini untuk Alloh dan hanya beribadah kepada Alloh semata. Sesungguhnya Dia (Allah) Dzat yang memberikan manfa'at. Yang mendatangkan mudharat. Yang berhak menerima ibadah, do'a, penyandaran diri (iltija') dan sembelihan. Dahulu, dakwah para nabi diarahkan kepada orang-orang yang menyembah berhala, yang secara terang-terangan menyembah berhala-berhala, patung-patung dan orang-orang shalih yang dikultuskan, baik yang masih hidup maupun yang sudah mati.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman kepada Rasululloh Shallallahu'alaihi wasallam, yang artinya: "Katakanlah, 'Aku tidak berkuasa menarik kemanfa'atan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya, dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan membawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman'." (QS: Al-A'raaf: 188)
Dan Nabi Shallallahu'alaihi wa Sallam bersabda, yang artinya: "Janganlah kalian berlebih-lebihan memuji (menyanjung) diriku, sebagaimana orang-orang Nasrani berlebih-lebihan memuji Ibnu Maryam (Isa). Sesungguhnya aku adalah hamba Allah maka Katakanlah: 'Hamba Allah dan RasulNya'." (HR: Al-Bukhari)
Makna "Al-Itharuuan" ialah berlebih-lebihan dalam memuji (menyanjung). Kita tidak menyembah kepada Muhammad, sebagaimana orang-orang Nasrani menyembah Isa Ibnu Maryam, sehingga mereka terjerumus dalam kesyirikan. Dan Rasululloh Shallallahu'alaihi wa Sallam mengajarkan kepada kita untuk mengatakan: "Muhammad hamba Alloh dan RasulNya."
Sesungguhnya kecintaan kepada Rasul Shallallahu'alaihi wa Sallam adalah berupa keta'atan kepadaNya, yang diekspresikan dalam bentuk berdo'a (memohon) kepada Alloh semata dan tidak berdo'a kepada selainNya, meskipun ia seorang rasul atau wali yang dekat (di sisi Allah).
Rasululloh Shallallahu'alaihi wa Sallam bersabda, yang artinya: "Apabila engkau meminta, maka mintalah kepada Allah dan apabila engkau memohon pertolongan, maka mohonlah pertoongan dari Allah." (HR: At-Tirmidzi, ia berkata hadits hasan shahih)
Dan apabila Rasululloh Shallallahu'alaihi wa Sallam dirundung duka cita, maka beliau membaca: "Wahai Dzat yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhlukNya, dengan rahmatMu aku memohon pertolongan." (HR: At-Tirmidzi, hadits hasan)
Semoga Allah merahmati penyair yang berkata, "Ya Allah, aku memintaMu untuk menghilangkan kesusahan kami. Dan kesusahan ini, tiada yang bisa menghapusnya kecuali Engkau, ya Allah."
(Sumber Rujukan: Al Firqotun Naajiyah, Asy-Syaikh Muhammad Jamil Zainu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar